Selasa, 27 Desember 2011

Mencintai Ilmu Membangun Peradaban*


Cinta terhadap Ilmu akan membawa kita—umat islam-- pada satu proses pendewasaan dalam berpikir dan bertindak. Cara berpikir tersebut akan membuat kita sedikit demi sedikit mengasah dan memperuncing curiosity atau rasa keingintahuan kita terhadap apapun. Rasa ingin tahu itu kemudian menjadikan kita bersikap kritis dan menjadi sosok yang selalu curiga akan kebenaran yang tentu saja untuk mencari kebenaran yang sebenarnya. Selain itu pula akan mendorong kita untuk terus belajar demi menemukan kebenaran itu.

Bukti cinta terhadap ilmu itu bisa kita temui pada cendekiawan-cendekiawan muslim yang menjadi pelopor hebat di bidang sains modern dan disiplin ilmu lainnya yang penemuan dan teorinya masih digunakan hingga saat ini. Berawal dari motivasi tinggi untuk menguasai ilmu pengetahuan telah membawa mereka pada penjelajahan-penjelajahan intelektual yang mengasyikkan sehingga membuahkan hasil berupa penemuan-penemuan hebat dalam berbagai bidang. Penemuan-penemuan tersebut tidak muncul seketika, namun melalui berbagai perjalanan ilmiah berupa penelaahan terhadap karya yang sudah muncul terlebih dahulu, pengujian-pengujian terhadap teori yang ada, pengamatan, dan sebagainya.

Contoh yang bisa kita ambil hikmahnya yaitu kejayaan Islam yang dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah. Ilmu pengetahuan telah membuat Islam berjaya ketika Arab berada di bawah kekuasaan Khalifah Al-Ma’mun putera Khalifah Harun al-Rasyid dari Dinasti Abbasiyah. Pada masa pemerintahannya, ilmu pengetahuan mendapatkan perhatian yang tinggi oleh khalifah. Hal inilah yang mendasari kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah. Terlebih lagi ketika sebuah lembaga yang bernama Bayt al-Hikmah didirikan di Baghdad (pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah pada waktu itu) telah menjadikan ilmu pengetahuan semakin berkembang pesat karena lembaga tersebut menjadi pusat studi berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Di tempat itulah para cendekiawan hebat seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al Ghazali, dan cendekiawan muslim lainnya melakukan penjelajahan intelektualnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain itu, Bayt al-Hikmah juga menjadi pusat penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, mempelajari berbagai disiplin ilmu, baik agama, sains, filsafat, dan ilmu-ilmu kemanusiaan lainnya yang kemudian menjadi tonggak kegemilangan Dinasti Abbasiyah sekaligus umat Islam pada waktu itu.
Betapa hebatnya para cendekiawan pada masa itu. Mereka berperan dalam membangun peradaban Islam. Mereka—demikian karena amat besar kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan. Untuk itu, kita seharusnya semakin menyadari akan pentingnya mencintai ilmu dan berilmupengetahuan karena hal tersebut yang akan membawa kejayaan untuk diri kita, masyarakat, negara, dan tentu saja untuk Islam yang telah memberikan mengajarkan berbagai ilmu pengetahun. Perlu diketahui bahwa peradaban berkolerasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk membangun peradaban itu sendiri diperlukan sebuah keinginan kuat yang bersumber dari ilmu (Qur’an dan Hadits). Wallahu a’lam.

 *Tulisan ini pernah dimuat dalam Buletin PenaQT FORMASI 2 Dekade Bergerak Penuh Makna FIB UI 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar